Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Dampak Orang Tua Bercerai Bagi Psikologi Anak

 
Dampak Orang Tua Bercerai

Judul artikel ini bukan skipsi ya gaes, jadi kita tidak perlu terlalu berat dalam mencernanya. Saya hanya ingin menulis apa yang menjadi pengamatan dan yang telah saya baca saja. Tidak ada maksud menggurui atau bahkan menasehati. 

Memiliki keluarga yang harmonis merupakan dambaan semua orang tak terkecuali. Namun bagaimana jika takdir hidup berkata lain. Kita tidak dapat mengelak dari kenyataan apabila misalnya orang tua harus bercerai. Bahkan ketika perceraian terjadi di saat anak-anak masih kecil.

Walau perceraian bukan suatu hal yang disenangi oleh Allah SWT dalam ajaran Islam, namun masih diperbolehkan untuk dilakukan. Saya rasa memang pada sebagian kasus, bisa jadi perceraian merupakan jalan terbaik untuk ditempuh. Misalnya saja seorang istri yang kerap dipukuli suami dalam rumah tangganya, maka demi mengobati luka hati dan kejiwaan istri akibat tindak KDRT maka perceraian merupakan solusi. Apalagi jika suami tidak bisa berubah dengan tabiat kerasnya.

Lalu bagaimana jika pasangan suami istri memiliki anak namun tetap harus bercerai? Tentu saja ada pihak-pihak yang menjadi korban, dalam hal ini para anak. Namun tentu saja suami istri tidak selamanya bisa menjadi sempurna hanya demi kebahagiaan anak.

Tentu saja ada yang harus dikorbankan, kebahagiaan pasangan suami istri atau kebahagiaan anak. Mungkin anak tidak akan bisa bertemu secara intens dengan salah satu orang tuanya ketika mereka bercerai. 

Orang Tua Bercerai: Ini Beberapa Dampak Psikologis Bagi Anak

Ketika saya kuliah di tahun 1999, saya memiliki teman dimana ornag tuanya sudah bercerai. Teman saya kebetulan perempuan. Dia merupakan gadis tangguh yang mandiri di mata saya. Kemana-mana selalu mengendarai sepeda motor dan terlihat tomboy. Namun pernah suatu ketika dia menumpahkan isi hati terpendam selama ini bahwa orang tuanya tidak pernah peduli selama ini. Hal ini dikarenakan kedua orang tuanya telah menikah dan punya kehidupan rumah tangga masing-masing.

Walau usia teman menginjak dewasa di kala itu, namun saya yakin semasa kecilnya dia sudah menerima banyak dampak atas perceraian kedua orang tuanya. Untuk info saja, kedua orang tuanya bercerai ketika di masih berada di bangku SMP kalau tidak salah.

Berdasar dari beberapa referensi yang saya baca, banyak sekali dampak perceraian orang tua yang dirasakan anak, diantaranya:
  • Merasakan Trauma
Trauman bisa jadi penyebab seorang anak korban perceraian menjadi takut untuk menikah ketika sudha cukup usia. Hal ini dikarenakan dia tidak ingin rumah tangganya berakhir dengan nasib yang sama dengan kedua orang tuanya. Walau bukan menjadi patokan, orang tua yang bercerai lantas kehidupan rumah tangga anak akan tidka harmonis juga.
  • Menimbulkan Rasa Tidak Percaya Diri Pada Anak
Bagaimana perasaan anak ketika waktunya pembagian rapor, yang datang kakek, nenek, atau keluarga selain orang tuanya. Bisa jadi akan mucul rasa rendah diri atau minder dalam diri anak korban perceraian. 

Lalu di setiap kesempatan, si anak tidak dapat menampilkan kebersamaan dengan kedua orang tua secara lengkap maka pasti ada sedikit rasa tak percaya diri dengan teman lainnya. Walau kedua orang tuanya selalu bilang bahwa cinta mereka tak pernah luntur, namun anak juga memiliki hati serta perasaan.
  • Berdampak Pada Penurunan Prestasi Belajar
Bagi anak yang sudah sekolah dan mengerti jika kedua orang tua sedang tidak dalam kondisi harmonis, pasti bisa merasakan ada yang tidak beres dengan keluarganya. Adanya masalah dalam keluarga otomatis membuat anak yang ikut memikirkannya, sehingga salah satu efeknya adalah menurunnya prestasi belajar. 

Misalnya pascar perceraian anak harus mengikuti salah satu orang tua pindah kota akhirnya anak pun pindah sekolah juga. Di sekolah barunya, anak menjadi asing dan harus beradaptasi lagi hingga akhirnya prestasi belajarnya pun menurun.

Posting Komentar untuk "Dampak Orang Tua Bercerai Bagi Psikologi Anak"